Essay: Peranan Teknologi Komunikasi Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) adalah sebuah organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang didirikan di Bangkok, Thailand, pada 8 Agustus 1967 yang dideklarasikan oleh Negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Negara-negara tersebut bekerjasama pada beberapa bidang, yaitu; Bidang Ekonomi, Sosial Budaya, dan Politik-Keamanan. Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) adalah salah satu keputusan Bali Concord II,  yang mensyaratkan sebelum 2015 Asia Tenggara akan menjadi satu pasar tunggal dan basis produksi. Artinya, sebelum 2015 semua rintangan perdagangan akan diliberalisasi dan deregulasi. Semua arus perdagangan dibebaskan dari biaya tarif yang selama ini menjadi penghalang perdagangan dan implementasi proteksionisme. Pada tahun 2015 organisasi ASEAN akan berintegrasi menjadi sebuah organisasi kawasan yang lebih solid dan maju, membangun kebersamaan untuk satu tujuan (satu visi, satu identitas, satu komunitas) mendorong terciptanya kekompakan, kesamaan visi satu tujuan, kesejahteraan bersama, dan saling peduli diantara Negara-Negara di kawasan Asia Tenggara. Dasar terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 sendiri ditopang oleh tiga pilar utama yaitu;

  1. Komunitas Ekonomi ASEAN
  2. Komunitas Sosial Budaya ASEAN
  3. Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN

Konsep utama dari ASEAN Economic Community adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.

Untuk menghadapi tantangan masyarakat ekonomi ASEAN, Indonesia masih perlu berbenah secara serius. Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2013 menyebutkan bahwa postur tenaga kerja Indonesia adalah pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah berjumlah sebesar 52 juta orang (46,93%) atau hampir setengah dari total pekerja sebesar 110,8 juta orang. Kemudian pekerja lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 20,5 juta orang (18,5%), pekerja lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 17,84 juta orang (16,1%). Jumlah paling rendah ditemui pada pekerja lulusan universitas dengan jumlah 7,57 juta orang (6,83%) dan lulusan diploma sejumlah 2,92 juta orang (2,63%).  Akhir tahun 2015 akan menjadi batas waktu bagi Indonesia untuk memasuki masyarakat ekonomi ASEAN yang membuka batas-batas aturan mengenai pajak, tarif dan bea cukai untuk barang dan jasa di kawasan Asia Tenggara. Hadirnya AEC ini juga akan berpengaruh pada banyak sektor, tidak hanya pada sektor perdagangan bebas untuk berbagai produk barang tetapi juga akan berpengaruh terhadap sektor tenaga kerja dan perkembangan teknologi.

Infrastruktur yang harus disiapkan Indonesia dalam menjelang AEC 2015, salah satunya adalah teknologi komunikasi. Berdasarkan yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 237.641.326 jiwa atau pada tahun 2014 ± 252.124.458 jiwa (kira-kira naik 1,49% berdasarkan data Bank Dunia). Seperti yang kita lihat sekarang, bagaimana teknologi komunikasi di Indonesia dalam menyambut AEC 2015? apakah dengan banyaknya masyarakat Indonesia saat ini sudah siap menguasai teknologi komunikasi dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015?

Peran teknologi komunikasi di Indonesia dalam membantu aktivitas manusia sangat besar. Teknologi komunikasi yang ada saat ini, bisa dijadikan Indonesia sebagai peluang dalam menghadapi MEA 2015. Hal ini bisa kita lihat pada lingkungan sekitar, masyarakat Indonesia bisa menggunakan teknologi komunikasi, contoh; salah satunya Handphone (HP). Handphone yang kita temui dipasaran sekarang lebih dominan pada handphone pintar (smartphone). Jika teknologi komunikasi dikaitkan dengan AEC 2015 itu bisa singkron, sebab dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), masyarakat Indonesia harus bisa menggunakan handphone sebagai alat informasi mereka. Dalam AEC 2015 nanti, banyak pihak asing yang masuk ke Indonesia untuk menanamkan investasinya diberbagai bidang, baik bidang pertanian, pertenakan, dll. Maraknya teknologi komunikasi saat ini bisa dijadikan peluang bagi Indonesia dalam menghadapi MEA 2015. Dengan banyaknya masyarakat Indonesia pada saat ini jika dilihat dari teknologi komunikasi juga bisa membantu Indonesia, sebab setengah lebih penduduk Indonesia sudah bisa memanfaatkan teknologi komunikasi sebagai alat komunikasi mereka dengan pihak ataupun investor asing yang datang ke Indonesia.

Jika dilihat dari kendalanya, adalah ketika masyarakat Indonesia belum tahu bagaimana cara mereka dalam menghadapi AEC 2015 nanti, apa yang harus dilakukan nantinya. Jika hal tersebut bakal muncul dikalangan masyarakat, maka pemerintah harus segera mensosialisasikan apa itu ASEAN Economic Community 2015, bagaimana mereka menghadapinya, menjelaskan manfaat teknologi komunikasi dalam menghadapi AEC 2015. Dan juga tentunya pemerintah harus memperbaiki sistem yang ada didalam teknologi komunikasi. Sebab, layanan telekomunikasi di Indonesia jauh sekali jika dibandingkan dengan negara maju. Layanan telekomunikasi di negara maju, 60 persen menggunakan kabel serat optik. Teknologi itu memiliki beberapa kelebihan, antara lain bebas gangguan, berkecepatan tinggi, dan berkapasitas tinggi. Sebenarnya pengembangan jaringan telekomunikasi kanal lebar berbasis kabel serat optik telah dicanangkan sejak 1996 melalui Program Nusantara 21. Namun, program ini justru terhenti sebelum masuk abad 21. Dengan konektivitas memainkan peran penting di dalam daya saing sebuah negara, tentu hal ini menjadi catatan penting.

Dalam hal ini kendala sistem  telekomunikasi yang terjadi di indonesia menjadi masalah yang menjadi point penting dalam pengembangan teknologi yang terjadi di Indonesia dalam mempersiapkan AEC selain dari persiapan sektor pendidikan yang matang untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing dengan bangsa ASEAN lainnya nanti. Jika hal ini tidak di persiapkan secara baik, bisa sangat merugikan bagi perkembangan laju ekonomi dan persaingan antar negera ASEAN, namun jika sektor perbaikan SDM dan pemerintah menangani secara masalah tersebut serta perbaikan struktur dan infrastruktur sistem telekomunikasi ini bisa menjadi kendali dalam menstabilkan kondisi negara dan bahkan mampu meningkatkan kualitas indonesia untuk menghadapi AEC 2015. Seperti banyak negara berkembang lainnya, Indonesia belum dianggap sebagai negara yang terkemuka di dunia dalam perkembangan teknologi. Namun, sepanjang sejarahnya, ada prestasi penting dan kontribusi yang dibuat oleh Indonesia untuk teknologi, salah satunya teknologi informasi dan komunikasi, hal ini tidak menutup kemungkinan revolusi dan perbaikan infrastruktur yang disiapkan pemerintah dalam mempersiapkan AEC 2015 akan menjadikan indonesia siap dengan persaingan global. Semoga dengan diberlakukannya AEC, pemerintah beserta masyarakat indonesia bisa lebih sadar tentang pemanfaatan dan perkembangan teknologi untuk kesejahteraan bersama.